Khalid bin Walid, si Pedang Allah di antara pedang-pedang Allah yang lainnya.
Assalamualaikum
Salam sejahtera, selamat datang di postingan pertama saya.
Sebelumnya saya minta maaf kalo di postingan ini banyak acak-acakan dan
kurangannya, maklum baru belajar. Pada postingan pertama ini saya akan
berbagi sedikit ilmu tentang salah satu sahabat Rasulullah yang berjasa dalam
berdirinya agama yang agung ini. Dialah Syaifullah , (Yups) siapa lagi kalau
bukan Khalid bin Walid RA. Alasan saya memilih dia sebagai bahan postingan saya
karena dia memang adalah idola saya, tentunya setelah Rasulullah sendiri.
Meskipun dia bukan termasuk golongan dari As-Shabiqunal Awwalun (Orang-orang
yang pertama kali masuk islam), dia adalah salah satu sahabat yang paling di
banggakan oleh Rasulullah sendiri dan para Khulafaur Rasyidin karena kegigihan
dan kedisiplinannya dalam membela panji-panji islam sehingga tidak salah
Rasulullah sendiri memberinya julukan Syaifullah (si Pedang Allah) (siapa yang
gak bangga coba :) )
Khalid termasuk di antara keluarga
dekatnya Nabi. Maimunah binti Harits binti Hazn, bibi Khalid, adalah istri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid
memiliki hubungan keluarga, yakni saudara sepupu. Ketika kecil mereka berdua
sering bermain bersama. Ayahnya, Walid bin Mughirah dari Bani Makhzum termasuk
salah satu pembesar Quraisy yang kaya raya dan memiliki kecintaan yang besar
terhadap Ka’bah. Dua tahun sekali ia bertanggung jawab untuk mengganti kain
ka’bah, dan memberi makan secara cuma-cuma ketika musim haji tiba.
Ketika perang Uhud terjadi Khalid bin
Walid lah yang bertanggung jawab terhadap kekalahan umat islam, karena dia lah
yang menjadi panglima kavaleri kaum Quraisy yang berhasil melihat celah
kekalahan pada pasukan muslim yang mengabaikan tugas Rasulullah untuk berjaga
di bukit pemanah Uhud dan lebih memilih menyerbu harta rampasan perang pasukan
Quraisy, padahal sebelumnya pasukan Qurais lah yang kocar-kacir di ambang
kekalahan.
Tapi namanya bukanlah Khalid bin Walid
kalau dia langsung menerima islam tanpa berpikir terlebih dahulu dan
menggunakan akalnya. Barulah setelah dia mendapatkan surat dari saudaranya
Walid bin Walid yang lebih dulu masuk islam dan bahwasanya Rasulullah sangat
mengharapkannya bergabung membela islam, dia telah mantap untuk menerima islam
dan mengikhlaskankan seluruh jiwa raganya untuk kepentingan islam.
Pada pemerintahan Khalifah Abu Bakar As
Shidiq dia di tugasi untuk menangani kaum murtad di madinah yang tak mau tunduk
pada agama dan pemerintahan islam lagi dengan melanggar perjanjian bersama
Rasulullah hanya karena beliau telah wafat. Khususnya pasukan lawan yang di
pimpin si nabi palsu, Musailamah al-Khazab. Hasilnya kemenanganpun berada di
pihak Khalid. Dalam perang tersebut pasukan muslim kehilangan sahabat-sahabat
besar Muhajirin.
Tidak ada satupun pertempuran yang
dipimpinnya kecuali ia memperoleh kemenangan, Kehebatannya terbukti pada perang
Yarmuk. Ketika dia ditugasi sebagai panglima perang melawan pasukan Bizantium
yang berjumlah 240.000 dengan jumlah pasukan muslim yang berjumlah 46.000.
Ditambah lagi dengan kurangnya persenjataan yang lengkap dan rendahnya mutu
pasukan serta pelatihannya. Dia sama sekali tidak gentar menghadapinya, dia
hanyalah takut tidak bisa mengendalikan hatinya pada perang tersebut karena
pengangkatannya pada perang besar. Berbeda dengan keadaan angkatan perang
Romawi yang sebaliknya. Bukan Khalid namanya jika tidak mempunyai strategi
perang, dia membagi pasukan Islam menjadi 40 kontingen dari 46.000 pasukan
Islam untuk memberi kesan seolah-olah pasukan Islam terkesan lebih besar dari
musuh. Strategi Khalid ternyata sangat ampuh, Dan membuat pasukan romawi
menyerah.
Pada peperangan muktah dia di percaya
untuk memegang panji islam setelah tiga sahabat sebelumnya wafat, namun dia
menolaknya dikarenakan merasa tidak pantas dari pada sahabat-sahabat Anshar dan
Muhajirin yang lebih senior dan lebih dulu masuk islam. Ketika itu ia menjawab “Tidak….. jangan saya yang memegang panji suci
ini, engkaulah yang paling berhak memegangnya, engkau lebih tua, dan telah menyertai
perang Badar!”. Tsabit
menjawab, “Ambillah, sebab engkau lebih tahu siasat perang daripadaku, dan
demi Allah aku tidak akan mengambilnya, kecuali untuk diserahkan kepadamu!”. Lalu dia berseru kepada seluruh
pasukan muslim dan mereka menyetujuinya secara serempak. Selanjutnya ada peperangan di irak pada
634 H, dan peperangan-peperangan lainnya yang dia menangkan.
Salah satu rahasia istimewa dari
kemenangan-kemenangan perang yang diraihnya ialah “tsabat” artinya tetap tabah
dan disiplin. Menurutnya bahwa larinya dua tiga orang prajurit akan menyebarkan
kepanikan dan berakibat fatal dan ini merupakan bencana. Oleh sebab itu dia
bertindak sangat tegas dan keras pada siapa yang membuang senjata dan lari dari
pertempuran suci tersebut.
Khalifah
Umar bin Khattab pernah berkata, “Tak ada seorang wanita pun yang akan sanggup
melahirkan lagi laki-laki seperti Khalid.” Ia
adalah pribadi yang sering dilukiskan oleh para sahabat-sahabat maupun
musuh-musuhnya, dengan: “Orang yang tidak pernah tidur, dan tidak
membiarkan orang lain tidur.”
Khalid tidak tertarik dengan ketokohan, yang dia harapkan
adalah menjadi hamba Allah biasa yang senantiasa tunduk kepadanya dan meninggal
dalam keadaan mati syahid. Semasa hidupnya dia habiskan dengan
peperangan-perangan yang dia menangkan didalamnya, namun Allah berkehendak
lain. Dia meninggal karna sakit di atas tempat tidurnya sendiri.
Ketika dia sudah dekat dengan
kematiannya, dan riwayat menceritakan bahwa ketika orang-orang menjenguknya,
dia akan menunjukkan tangannya, dan tidak ada sejengkal jarak pun di tangannya,
kecuali ada bekas luka di tangannya. Dia menunjukkan tangan kanannya, tangan
kirinya, dadanya, dan kakinya.
Dia
berkata “Lihatlah aku, aku bertempur dalam ratusan peperangan, banyak
pertempuran, tapi aku sekarat di tempat tidurku?” Seseorang berkata kepada
Khalid R.A. “Wahai Khalid, tidakkah kau mengerti, ketika Rasulullah S.A.W.
menjulukimu sebagai ‘pedangnya Allah’, maka tidak mungkin kau gugur dalam
pertempuran, karena jika kau gugur dalam pertempuran, berarti pedangnya Allah
telah berhasil dipatahkan orang-orang kafir, sedangkan pedangnya Allah tidak
akan bisa terpatahkan.”
Ia
berpesan setelah kematiannya harta warisannya yang berupa kuda dan
senjata-senjatanya hendaknya disedekahkan di jalan Allah. Ia meninggal pada
zaman Khalifah Umar RA.
Rahimahullah, Wassalam…
Hikmat Purnama
Mahasiswa Indonesia Jurusan Ilahiyat
di Samsun, Turki
Komentar
Posting Komentar