INOVASI PERTANIAN DI TURKI (PART 1)
Inovasi Pertanian
Di Turki
(Part 1)
Perkembangan Penelitian
Tanaman Padi Di Turki
Bhaskara Anggarda Gathot
Subrata
PhD Student Ondokuz
Mayis University, Samsun
Awal
mula budidaya padi di Turki
Padi termasuk dalam suku Oryzae dari famili Gramineae merupakan tanaman budidaya yang sangat tua. Karena
kekayaan bentuk budaya di Asia Tenggara, terutama di India dan Cina, diyakini
secara luas bahwa negara-negara ini adalah pusat genus Oryza. Dua jenis padi pertama yang dibudidayakan oleh manusia adalah
Oryza sativa dan Oryza glaberrima. Padi mulai dibudidayakan di daratan Eropa pada
abad pertengahan, kemudian disebarkan oleh orang-orang arab ke Afrika Utara
lalu ke wilayah selatan Spanyol dan Prancis hingga masuk ke Turki. Sekitar 600
tahun sejarah pertanian di Turki, tidak ditemukan bukti pasti tentang dimana
dan kapan produksi padi pertama kali dimulai. Namun, ada pendapat bahwa Distrik
Tosya di Provinsi Kastamonu adalah salah satu tempat pertama kali padi ditanam,
benih padi memasuki Anatolia (sebutan Turki dimasa lampau) dengan kapal dari
Mesir pada abad ke-15 dari wilayah Selatan atau kawasan Akdeniz (Mediteranian)
(İbret, 2004a). Hal ini diperkuat dengan catatan Kekaisaran Ottoman, disebutkan
bahwa penanaman padi di Tosya pada abad ke-16 dan ekspor padi pertama dilakukan
dari kota Tosya pada tahun 1719-1720. Dalam catatan abad ke 16 tersebut,
disebutkan bahwa daerah Beypazar, Niksar, Boyabat dan Tosya merupakan pusat
penanaman padi di Anatolia (Kankal, 1992). Dalam catatan-catatan ini,
dilaporkan bahwa produksi padi dilakukan di sekitar kawasan dasar lembah di
sepanjang Sungai Devrez yang dialiri air salju
dari Ilgaz, salah satu gunung
tertinggi di wilayah tersebut. Hasil dari produksi padi tersebut digunakan untuk
mendapatkan nasi yang lezat untuk memenuhi kebutuhan Sultan (Padışah Sofrası).
Kegiatan
penggilingan atau industri padi pertama di Turki didirikan di Tosya pada tahun
1926 atas perintah Mustafa Kemal Atatürk (İbret, 2004a). Selain itu sebelum
masa Republik Turki di proklamasikan, dilaporkan bahwa padi juga dibudidayakan
di Provinsi Bursa, Diyarbakır, Kastamonu, dan Kahramanmaraş. Produksi beras
saat itu hanya dikonsumsi oleh keluarga kaya dan bangsawan yang tinggal di
kota-kota besar seperti Istanbul (Şahin, 2002). Produksi padi dari kota Tosya
terus menurun sejalan dengan berjalannya waktu, pada awal kemerdekaan sekitar
tahun 1930 produksi padi dari kota Tosya hanya dapat memenuhi 14% kebutuhan
padi di Turki. Memasuki tahun 1960 terus menurun menjadi 3.5%, lalu menjadi
2.1% pada tahun 2000 dan menjadi 0.7% pada saat ini. Penyebab menurunnya
produksi padi di kota Tosya karena mulai munculnya areal budidaya di daerah
lain dan ketidakmampuan mengikuti modernisasi teknik pertanian. Meskipun
produksi hasil padinya rendah, hingga saat ini padi hasil produksi kota Tosya
dianggap sebagai nasi paling enak di Turki yang terkenal dengan tipe atau
varietas "Sarıkılçık".
Budidaya
padi di Turki saat ini
Padi merupakan tanaman budidaya
terpenting setelah gandum di antara tanaman serealia sebagai sumber pangan dan
energi di Turki. Budidaya padi di Turki secara intensif baru diperkenalkan pada
tahun 1970 oleh Thrace Agricultural
Research Institute (TARI). Namun, selama lebih dari 40 tahun ini padi
berhasil menjadi salah satu pilihan komoditas yang penting di Turki. Pada awal
pengembangannya praktik budidaya padi di Turki dilakukan di 3 wilayah yaitu
Marmara, Karadeniz dan Diyarbakir. Trakya
Tarımsal Araştırma Enstitüsü (TARI) yang berkedudukan di kota Edirne (wilayah
Marmara) merupakan lembaga penelitian pertanian pemerintah terbesar yang
berkonsentrasi pada penelitian padi. Selanjutnya lembaga penelitian Karadeniz Tarımsal Araştırma Enstitüsü
di kota Samsun merupakan lembaga penelitian padi terbesar kedua di wilayah
Karadeniz.
Pada awal tahun 1970 hingga 1982
penelitian tanaman padi hanya berkutat pada masalah regional saja. Namun, pada
tahun 1982 TARI memulai proyek penelitian padi secara nasional dibawah komando
Dr. Halil Sürek yang kemudian hingga saat ini dikenal dengan sebutan “The Father of Rice in Turkey”. Dr. Sürek
dikirim oleh pemerintah Turki ke İtali untuk memilih varietas padi disana untuk
selanjutnya di introduksi ke Turki. Setelah kepulangannya dari Itali dia
memiliki ide untuk mengembangkan sendiri varietas padi di Turki melalui program
nasional. Penelitian padi dibawah pengawasan Dr. Sürek dimulai dengan melakukan
pemuliaan tanaman atau seleksi varietas, agronomi, perlindungan tanaman,
teknologi pasca panen, produksi benih, hingga penyuluhan kepada petani.
Walaupun pada awalnya sumber plasma nutfah padi di import, namun kini Turki sudah mampu
menghasilkan varietas lokal dan juga varietas lokal tersebut sudah di ekspor ke
lembaga internasional lainnya, seperti International
Rice Research Institute (IRRI) di Filipina. Kini, Turki sudah memiliki 7
varietas padi yang telah dikembangkan di Turki dibawah pengawasan Dr. Sürek.
Varietas padi yang paling popular saat ini adalah Osmancık-97, varietas ini di
patenkan pada tahun 1997 dan masuk kedalam varietas unggul yang ditanam lebih
dari 85% area penanaman padi di Turki. Selain itu, Osmancık-97 juga
dibudidayakan secara komersil di beberapa daerah di Bulgaria dan Rusia.
Program nasional padi di Turki mengalami peningkatan yang signifikan sejak tahun 1980 hingga kini. Produktivitas tanaman padi pada tahun 1980 hanya 4.5 ton/ha, namun kini sudah mencapai 7.5 ton/ha (Gambar 1). Luas area penanaman padi juga meningkat juga meningkat dua kali lipat sejak tahun 1980 hingga kini (Gambar 2). Hal tersebut diikuti dengan meningkatnya produksi padi di Turki hingga kini (Gambar 3).
Pada tahun 2007 TARI kembali mendaftarkan varietas unggul lainnya, yaitu
varietas Kızıltan yang tahan terhadap angin. Pengembangan varietas padi di
Turki terus dilakukan hingga kini. Kegiatan penelitian dikhususkan untuk
inovasi adaptif yang sesuai dengan lingkungan, kondisi geografis dan iklim
tertentu. Seluruh varietas padi yang terdapat di Turki sudah didaftarkan ke
IRRI untuk selanjutnya dapat digunakan oleh peneliti internasional.
Hingga saat ini pengembangan budiday padi di Turki terus berkembang. Saat
ini padi ditanam di 7 wilayah geografis Turki. Sedangkan areal budidaya
terbesar berada di wilayah Trakya
dengan luas 44.790 hektar, disusul wilayah Karadeniz
dengan luas budidaya 23.846 hektar, 21.259 hektar di wilayah Marmara, 5.941 hektar di wilayah Akdeniz, 4.827 hektar di wilayah İç Anadolu, 1.689 hektar di wilayah Güneydoğu Anadolu dan 370 hektar di wilayah
Doğu Anadolu. Secara keseluruhan padi
dibudidayakan di 32 provinsi di Turki, Samsun merupakan kota ketiga dalam
kawasan budidaya dan produksi setelah Edirne dan Balıkesir.
Gambar 4. Persebaran wilayah budidaya padi di Turki
Teknologi budidaya padi di
Turki untuk masa depan
Pengembangan padi di Turki tidak hanya dilakukan oleh TARI saja, TARI saat
ini bermitra dengan 30 perusahaan benih swasta di Turki. TARI menyediakan benih
untuk perusahaan-perusahaan ini dan keuntungan dari penjualan benih sebesar
3-4% dari pendapatan digunakan untuk melakukan pengembangan riset selanjutnya
di TARI. Hal ini sangat penting karena hukum di Turki hanya mengijinkan lembaga
penelitian pemerintah untuk bermitra dengan swasta. Sementara itu universitas
tidak diperbolehkan bermitra dengan swasta secara langsung. Sehingga kolaborasi
antara TARI dengan swasta kedepannya akan membawa dampak yang baik bagi
perkembangan teknologi tanaman padi di Turki.
Pada proses budidaya padi, saat ini para petani di Turki sudah menggunakan
teknologi laser dalam proses pengolahan tanah. Teknologi laser digunakan untuk
meratakan tanah yang nantinya dapat memudahkan dan menguntungkan petani. Sawah
yang diratakan dengan menggunakan teknologi laser dapat lebih efektif dalam
menggunakan dan mengontrol air irigasi. Selain itu lebar sawah dapat
dioptimalkan mencapai 40-50 hektar dan diikuti dengan peningkatan hasil hingga
20%.
Selain itu, sejak tahun 2021 lembaga penelitian padi di Turki mula
mengembangkan penggunaan teknologi irigasi tetes pada budidaya tanaman padi. Sebuah
proyek skala nasional dilakukan oleh Kementerian Pertanian dan Kehutanan Turki
dibawah Direktorat Jenderal Riset dan Kebijakan Pertanian. Penelitian untuk
pengembangan budidaya padi dengan teknologi irigasi tetes dilakukan di 4
wilayah penghasil padi terbesar di Turki. Diantaranya, Atatürk
Toprak, Su ve Tarımsal Meteoroloji Araştırma Enstitüsü (Wilayah Trakya/Kota Kırklareli), Uluslararası Tarımsal Araştırma ve Eğitim
Merkezi Menemen (Wilayah Ege/Kota İzmir), Alata Bahçe Kültürleri Araştırma Enstitüsü (Wilayah Akdeniz/Kota Mersin) dan Karadeniz Tarımsal Araştırma Enstitüsü
(Wilayah Karadeniz/Kota Samsun). Hasil dari proyek tersebut adalah teknologi
irigasi tetes mampu menghemat air hingga 50-60%, sehingga dapat menjaga
ketersediaan sumberdaya air tanah dan lebih banyak daerah yang yang dapat
terairi.
Gambar 6. Sistem irigasi tetes pada budidaya tanaman
padi (Sumber :
https://www.tarimorman.gov.tr/TAGEM/Sayfalar/AlbumDetay.aspx?OgeId=2102)
Dimasa depan Turki akan terus mengembangkan teknologi budidaya padi
dengan tujuan agar dapat berkontribusi pada ekonomi petani, pembangunan daerah
dan negara. Selain itu juga agar dapat dimanfaatkan secara langsung oleh petani
lokal, organisasi penyuluh pertanian, lembaga penelitian, dan kalangan akademis.
Referensi
Avcı C
(2012) 19. yüzyıl Sonlarında Kastamonu Vilayeti. Abant İzzet Baysal
Üniversitesi Sosyal Bilimler Enstitüsü Dergisi 1: 24-26
İbret, B. (2004a). Tosya şehrinin fonksiyonel özellikleri. Marmara
Coğrafya Dergisi, (9).
İbret, B. (2004b). Tarihi İpek Yolu Üzerindeki Bir Anadolu Şehri Tosya
(Kuruluşu ve Gelişmesi). Marmara Coğrafya Dergisi, (8).
Kankal, A. (1992). 16. Yüzyılda İdari-İktisadi ve Sosyal Açıdan Kargı
Kazası. Ankara Üniversitesi Osmanlı Tarihi Araştırma ve Uygulama
Merkezi Dergisi (OTAM), (3), 223-245.
Şahin, S. (2002). Tosya-Osmancık ve Kargı ilçelerinde Çeltik
Ziraatı. Gazi Üniversitesi Gazi Eğitim Fakültesi Dergisi, 22(3),
19-35.
Tüik (2020). Tarım Ürünleri Piyasaları. TAGEM.
Ankara. Turki
Instagram :ppi_samsun
Facebook :Ppi Samsun
Twitter :PPI_Samsun
Komentar
Posting Komentar