Biografi Singkat Mustafa Kemal Ataturk
Presiden pertama Turki ini lahir pada
tangal 12 Maret 1881 di Selanik, Ottoman (sekarang Thesaloniki, Yunani).
Mustafa merupakan nama pemberian dari ayahnya Ali Riza Efendi dan ibunya
Zubeyde Hanim. Sedangkan Kemal yang berarti kesempurnaan
merupakan nama pemberian dari guru matematikanya karena kecerdasannya dalam
bidang akademik. Dan pada tanggal 24 November 1934 Majelis Agung Turki
memberikan kepada Mustafa Kemal nama ‘Atatürk’ yang
berarti ‘Bapak Bangsa Turki’.
Kehancuran
Imperium Turki Usmani pada tahun 1918 setelah kekalahan perang yang dideritanya
bersama, Jerman dan Austria adalah akhir dari sejarah masyarakat Islam
imperial. Klimaks dari perjalanan sejarah imperium Islam ini kemudian menjadi
awal bagi perkembangan baru masyarakat Islam abad ke-19 di Turki. Tumbuhnya
semangat nasionalisme dan kebangsaan masyarakat Turki serta upaya mereka untuk
bangkit dari keterpurukan situasi negara yang telah hancur akhirnya menjadi
tonggak berdirinya negara Republik Turki.
Tahun
1920 sebuah gerakan revolusi yang dikomando oleh Mustafa Kemal Atatürk melahirkan perjuangan
kemerdekaan bangsa Turki yang diawali dengan pembentukan Majelis Nasional Agung
(Grand National Assembly). Melalui berbagai gerakan perjuangan pembebasan Turki
dari penjajahan asing serta pesan strategisnya di atas panggung politik, pada
tahun 1923 ia akhimya dapat mengukuhkan diri sebagai Presiden Republik Turki.
Di
bawah rezim pemerintahannya Republik Turki pernah dicap sebagai negara sekuler
anti Islam. Bahkan, dengan sikap diktatorial rezim pemerintahannya, ia berhasil
mengomando pengikutnya di dalam parlemen pemerintahan Turki untuk menghapus
lembaga kesultanan dan kekhalifahan Islam. Selain tindakan radikal yang ia
lakukan tadi, dengan serentetan program pembaruan (sekularisasi) Turki yang ia
lakukan sejak tahun 1923 sampai dengan tahun 1938, Mustafa Kemal juga dianggap
telah mencerabut akar dogmatisme Islam dari masyarakat Turki, dan menjauhkan
nilai-nilai Islam yang telah menjadi tradisi dalam kehidupan masyarakat Turki
tersebut dengan dalih modernitas dan pembaruan.
Kapal Bandirma saat Ataturk berlabuh ke Samsun
Atatürk pernah
mengatakan: "Kebudayaan adalah dasar dari Republik Turki."
Pandangannya tentang kebudayaan termasuk warisan kreatif bangsanya sendiri dan
apa yang dipandangnya sebagai nilai-nilai yang mengagumkan dari peradaban
dunia. Terutama sekali ia menekankan humanisme. Ia pernah menggambarkan tekanan
ideologis Turki modern sebagai "suatu kreasi patriotisme dicampur dengan
gagasan humanis yang luhur."
Untuk membantu
pencampuran sintesis seperti itu, Atatürk menekankan perlunya memanfaatkan
unsur-unsur warisan nasional bangsa Turki dan bangsa Anatolia (termasuk
budaya-budaya pribuminya yang kuno) serta kesenian dan teknik dari
peradaban-peradaban dunia lainnya, baik pada masa lalu maupun sekarang. Ia
menekankan perlunya mempelajari peradaban-peradaban Anatolia kuno, seperti
bangsa Het, Frigia, dan Lidia. Kebudayaan Turki pra-Islam menjadi pokok
penelitian yang luas, dan tekanan khusus diberikan kepada kenyataan bahwa --
jauh sebelum peradaban Seljuk dan Ottoman -- bangsa Turki telah memiliki
kebudayaan yang kaya. Atatürk juga menekankan kesenian rakyat di pedesaan
sebagai mata air kreativitas Turki.
Kapal Bandirma yang sekarang menjadi Museum
Kesenian visual dan plastik
-- yang perkembangannya ditahan oleh sebagian pejabat Ottoman dengan anggapan
bahwa penggambaran wujud manusia adalah bentuk penyembahan berhala, berkembang
di bawah masa kepresidenan Atatürk. Banyak museum yang dibuka; arsitektur mulai
mengikuti arus yang lebih modern; dan musik, opera, dan balet klasik barat,
serta teater, juga mengalami kemajuan besar. Ratusan "Wisma Rakyat"
dan "Ruang Rakyat" di seluruh negeri memungkinkan akses yang lebih
luas terhadap berbagai kegiatan kesenian, olah raga dan acara-acara kebudayaan
lainnya. Penerbitan buku dan majalah juga meningkat pesat, dan industri film
mulai berkembang.
Mustafa Kemal
memiliki visi sekuler dan nasionalistik dalam programnya membangun Turki
kembali. Ia dengan keras menentang ekspresi kebudayaan Islam yang asli terdapat
di kalangan rakyat Turki. Penggunaan huruf Arab dilarang dan negara dipaksa
untuk beralih ke abjad yang berbasis Latin yang
baru. Pakaian tradisional Islam, yang merupakan pakaian kebudayaan rakyat Turki
selama ratusan tahun, dilarang hukum dan aturan berpakaian yang meniru pakaian
barat diberlakukan.
Kemal meninggal dunia pada 10 November 1938 dalam usia 57 tahun karena
kelelahan yang luar biasa akibat berat dan banyaknya tugas yang ada
setelah sakit yang
berkepanjangan karena sirosis hati.
Monumen Ataturk yang ada di Kota Samsun, Turki
Wajah dan nama Atatürk terlihat dan terdengar di mana-mana di Turki:
potretnya dapat dilihat di semua bangunan umum, di sekolah-sekolah, di segala
jenis buku sekolah, di semua uang kertas Turki, dan di rumah-rumah banyak
keluarga Turki. Bahkan setelah bertahun-tahun, ada kebiasaan bahwa pada pukul
9.05 pada 10 November (bertepatan dengan saat kematiannya),
diadakan upacara-upacara peringatan. Banyak kendaraan dan orang yang akan
berhenti selama satu menit, untuk mengenangnya, di seluruh negeri pada pukul
9.05 pagi.
Atatürk berusaha untuk memodernisasi dan mendemokratiskan sebuah Republik
Turki yang baru dari sisa-sisa Kekaisaran Ottoman. Dalam upayanya ini, Atatürk
telah menerapkan pembaruan-pembaruan yang meluas, yang akibatnya telah
mendekatkan Turki kepada Uni Eropa sekarang. Tekanan yang diberikan
kepada sekularisme dan nasionalisme juga telah menimbulkan konflik pada tingkat
tertentu di dalam masyarakat. Sebagian pemeluk Islam yang taat merasa gagasan
sekularisme ini bertentangan dengan ajaran Islam, dan mengkritik negara karena
tidak memberikan kebebasan yang penuh dalam agama. Di Turki hingga saat ini
Islam masih dibatasi dan kaum perempuan tidak diizinkan mengenakan kerudung di
bangunan-bangunan umum. Kelompok etnis minoritas seperti orang-orang Kurdi juga
telah berusaha memperoleh hak-hak budaya yang lebih besar, yang pada masa
lampau telah dibatasi karena dikembangkannya nasionalisme Turki.
Makam Mustafa kemal Ataturk yang sekarang menjadi Museum, terletak di Ankara, Turki
Kemal meninggal dunia pada 10 November 1938 dalam usia 57 tahun karena
kelelahan yang luar biasa akibat berat dan banyaknya tugas yang ada
setelah sakit yang
berkepanjangan karena sirosis hati. Meskipun
terdapat konflik-konflik ini, Atatürk tetap dihormati di seluruh Turki dan
prinsip-prinsipnya tetap merupakan tulang punggung politik Turki modern.
Mustafa Kemal di Samsun
Bertepatan
pada tanggal 19 Mei 1919 Mustafa Kemal dan 18 prajuritnya dengan menumpangi
kapal Bandırma melabuh di Samsun. Kejadian ini dikenal dengan ‘Kurtuluş Şavaş’
yang berarti Perang kemerdekaan karena di Samsunlah Mustafa Kemal dan para
prajurit mulai menyusun rencana kemerdekaan negara Turki tesrsebut. Dalam waktu
satu minggu di Samsun dan 17 hari di Havza (kecamatan di Samsun) Mustafa Kemal
dan prajurit mempelajari keadaan wilayah-wilayah lain di Turki untuk menyusun
strategi perang. Dan setelah dari Havza Mustafa Kemal melanjutkan perjalanan ke
Amasya (2 jam dari Samsun).
Riski Haris Munandar
Mahasiswa Jurusan Biologi
Ondokuz Mayis University
Samsun Turki
Bukannya mustafa ini yg menggulingkan kekhalifhan sultan hamid II,jgn mengaburkan pandangan org
BalasHapus