Mengenal Said Nursi Lebih Dekat
Bediüzzaman Said Nursi lahir pada tahun 1873 di Bitlis
daerah timur anatolia, tepatnya di daerah Hizan kampung Nurs. Beliau adalah
anak ke empat dari tujuh bersaudara dari pasangan Mirza dan Nüriye. Sejak kecil
Said Nursi memiliki kecintaan terhadap ilmu. Selain belajar terhadap kedua
orang tua, beliau selalu menantikan kedatangan kakaknya Abdullah untuk mengajarkan
kembali ilmu yang telah di dapatnya dari madrasah. Walaupun umurnya belum mencukupi Said Nursi kecil tetap
bersikeras untuk masuk madrasah dikarenakan kakaknya belum mampu menjawab akan
rasa dahaganya Said Nursi terhadap ilmu. Akhirnya Said Nursi masuk madrasah di
desa Tag bersama kakaknya Abdullah.
Setelah belajar dari satu madrasah ke madrasah lain
dan mendapatkan hasil yang memuaskan, Said Nursi remaja di rekomendasikan untuk
belajar kepada Syaikh Muhammed Celali di daerah Beyazid. Ilmu yang seharusnya
diselesaikan dalam waktu bertahun-tahun beliau selesaikan dalam waktu yang
singkat. Syaikh Muhammed Celali lalu memberinya gelar Molla (Guru Besar). Molla Said Nursi melanjutkan perjalanannya ke Sirvan
tempat kakaknya Abdullah mengajar, terus ke daerah Siirt. Karena
ketidakpercayaan Syekh Fetullah Efendi selaku ulama besar di Siirt akan gelar
ulamanya Molla Said Nursi di usia yang masih remaja, beliau memberikan satu
buku yang belum pernah Said Nursi baca dan mengujinya. Setelah mendapatkan hasil
yang memuaskan dan membuat takjub Syekh Fetullah Efendi. Molla Said Nursi di
beri gelar Bediüzzaman (Keajaiban Zaman). Mulai saat itu beliau dipanggil
Bediüzzaman Said Nursi. Tak ayal karena gelarnya ini banyak kalangan yang
memusuhinya bahkan berusaha mencelakakannya.
Kediaman Said Nursi di kota Barla, Turki
Di Mardin namanya sangatlah terkenal dan ratusan orang
berbondong-bondong mengikuti pengajiannya. Saat di Mardin Said Nursi mulai
memperluas wawasannya tentang kondisi dunia islam dan dunia, dan mulai tertarik
untuk memahami urusan politik dan masalah sosial yang menimpa kekhalifahan
Turki Usmani saat itu. Turki Usmani masa itu diibaratkan seperti singa yang
kehilangan taring dan kekuatannya sehingga musuh-musuhnya tak segan-segan
mempermainkannya. Menurutnya satu-satunya cara untuk mengembalikan lagi kejayaan
Turki Usmaniyah adalah dengan cara mengembalikan konstitusi negara kepada hukum
islam sepenuhnya. Maka untuk mengawalinya Said Nursi mulai menjalin hubungan
dan saling bertukar pikiran dengan orang yang memiliki pemikiran yang sama
dengannya seperti Jamaludin Al-Afghani dengan Pan-Islamisme nya.
Di kota Van, selain mengajar ilmu islam Said Nursi
mulai menggiatkan belajar ilmu modern dan membentuk madrasah yang mengajarkan
ilmu islam dan modern. Suatu hal yang langka di masa itu. Saat itu Turki Usmani
mengalami kemunduran dan banyak daerah kekuasaannya memerdekakan diri seperti
Tunisia yang kembali dijajah perancis setelah 4 tahun bebas, juga Mesir, Sudan
dan lainnya. Dan hal tersebut mempengaruhi dunia islam.
Untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya Al-Qur’an
dan madrasah, Said Nursi menjelajahi daerah-daerah timur Anatolia. Setelah
madrasah lalu beliau berencana untuk mendirikan Universitas yang ia namai Madrasatuz
Zahra. Untuk mewujudkan hal tersebut Said Nursi harus meminta izin ke
Istanbul yang masa itu telah dikuasai oleh orang-orang yang berpikiran ala
eropa. Dengan bantuan Gubernur Tahir Pasya Said Nursi berangkat ke Istanbul.
Tempat Tidur Said Nursi beserta Buku-Buku Karya Beliau
Di Istanbul Said Nursi banyak bertemu dan bertukar
pemikiran dengan cendikiawan-cendikiawan terkemuka. Karena gagasannya lewat
lisan tidak di dengar, Said Nursi
menulis gagasannya lewat media massa dan mengkritik kebijakan pemerintah yang
menggalakan pendidikan umum yang sekuler tapi membabat habis madrasah-madrasah.
Said Nursi ditangkap dan dibawa ke meja pengadilan, akan tetapi karena
kejujurannya Said Nursi dibebaskan. Ditengah keadaan istanbul yang makin dikuasai oleh
budaya eropa, Said Nursi berulangkali menyuarakan akan pentingnya konstitusi
dan musyawarah berlandaskan syariat islam dibandingkan konstitusi absolut. Setelah
peristiwa 13 April 1909 dan segala provokasi serta tragedinya yang
mengakibatkan lengsernya tampuk kekuasaan Sultan Abdul Hamid II sebagai
khalifah terakhir Turki Usmaniyah, Said Nursi pergi ke Izmit untuk menenangkan
diri, lalu kembali ke Van.
Ketika Perang Dunia I meletus dan Turki menjadi
pesertanya, Said Nursi ikut berjuang di garis depan dan membela tanah airnya
dari serangan-serangan pasukan Rusia dan Armenia. Berbulan-bulan Said Nursi
bersama pasukannya melakukan penyerangan dengan cara gerilya dan menyelamatkan
penduduk yang tersisa dari bahaya. Sejak 3 Maret 1916 Bitlis jatuh dan Said
Nursi bersama kawan-kawannya jadi tahanan. Setelah mendapat izin untuk
melakukan shalat 5 waktu, di tempat penahanan pun Said Nursi tidak lupa
memberikan pengajian kepada kawan-kawannya. Pada 1918 PD I berakhir dan Turki keluar sebagai pihak
yang kalah. Selain mengalami kebangkrutan yang besar Turki pun harus rela
melepaskan daerah kekuasaanya satu persatu. Ketika Turki dilanda kehancuran
muncullah tokoh Mustafa Kemal Ataturk dan para tokoh nasional sekuler turki
lainnya dengan Türkiye Büyük Millet Meclisi (Majelis Agung Nasional turki) nya.
Berbagai buku islam maupun modern telah ia pahami,
ilmu-ilmu penalaran pun telah beliau kuasai. Said nursi merasa semua itu belum
cukup untuk menghadapi bahaya besar yang akan menghadang bangsanya. Dalam
renungannya ia mendapat ilham bahwa dengan hanya satu kiblat saja umat islam
akan selamat dari kegelapan, yaitu Al-Qur’an. Dari situlah muncul karya besar Rasail
Nur. Peristiwa itu Said nursi anggap sebagai kelahiran Said baru. Pada 2 Oktober 1923 Majelis Agung Nasional
mendeklarasikan Republik Turki dan mengangkat Mustafa Kemal sebagai presiden
pertamanya. Musibah demi musibah terjadi, segala hal yang beratributkan agama
islam dilarang sampai-sampai ibukota Turki pun dipindahkan ke Ankara untuk
melepaskan diri dari pengaruh islam di istanbul. Begitupun Said Nursi sebagai
ulama besar yang tidak mau bekerjasama dengan pemerintahannya Mustafa Kemal Ataturk
beliau diasingkan. Mulai dari pengasingannya di Istanbul lalu ke Burdur.
Meskipun hidup di pengasingan Said Nursi tidak pernah
ketinggalan untuk memberikan ajaran-ajaran islam kepada sekitarnya. Akhirnya
para penguasa merencanakan untuk mengasingkan Said Nursi ke tempat yang jarang
penduduknya, maka dipilihlah daerah Barla. Awalnya penduduk Barla menjauhi Said
Nursi, tetapi lama kelamaan mereka tahu akan sifatnya Said Nursi. Dan mulailah
mereka belajar islam kepada Said Nursi. Justru di Barla lah Said Nursi bisa
berkonsentrasi menulis Risale Nur sebagai pantulan dari kalimat-kalimat agung
Al-Qur’an. Said Nursi dibantu oleh murid-muridnya menulis Risale
Nur dengan hati-hati, dan menyebarkannya berupa kumpulan kata (sözler)
ke desa-desa, kota ke kota, hingga ke seluruh turki. Barla menjadi tempat
lahirnya Risale Nur dan Isparta pusat penyebarannya, derasnya Risale Nur tak
bisa dibendung. Risala Nur memberikan sumbangan besar melindungi dari hilangnya
teks Al-Qur’an masa itu.
Gerakan Said Nursi tercium oleh pemerintah dan Said
Nursi beserta murid-muridnya di periksa habis-habisan. Said Nursi dimasukkan ke
penjara yang tak layak dihuni, dari satu penjara ke penjara lain mulai dari
Isparta, Eskişehir, Denizli, Afyon. Walaupun 25 tahun hidup dari satu penjara ke
penjara lain Said Nursi tetap menulis Risala Nur dengan dibantu oleh
murid-muridnya. Pada 23 Maret 1960 Bediüzaman Said Nursi wafat pada
usia 82 tahun di Şanliurfa. Pada 12 Juli 1960 Millî Birlik Komitesi memutuskan
untuk memindahkan kuburan Bediüzaman Said Nursi ke suatu tempat yang tak
diketahui entah itu dimana.
Hikmat Purnama
Ilahiyat Faculty
Ondokuz Mayis University
Samsun, Turkey
Komentar
Posting Komentar